Minggu, 29 September 2013

Dasar penghafal Quran yg terlupakan

Bismillahirrahmaanirrahiim. Barusan saya hendak membuka catatan saya yg Alhamdulillah nya saya menemukan catatan hasil seminar saya dulu. Tepat tgl.07 Juli yang isi oleh narasumber terhebaat menurut saya. Murabbi saya yg cantik, sholehah dan qanaah. Diamdiam saya benar-benar mengagumi beliau. Sungguh bersyukur saya dipertemukan dengan beliau ini. Tidak seperti seminar-seminar biasanya, saya paling enggan untuk menulis dengan rapih. Tulisan ala dokter amatiran disetiap seminar dan setiap pembicara sudah menjadi hal yg biasa dalam catatan saya. Namun tidak dengan lembar catatan ini yang rapih. Walaupun setelah beliau memberikan materi ada satu mateti lagi, namun tulisan saya berubah lg dari 'LuarBiasa' menjadi 'Biasa'. Entah kenapa ya.. hehe Mungkin dinda penasaran apa yg ada dalam lembar catatan dengan tulisan nanrapih itu (menurutsaya). Ini : Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu : “Adalah selayaknya bagi para penghapal Al Quran terbedakan saat malamnya ketika manusia terlelap, tatkala siangnya ketika manusia berbuka, tatkala sedihnya ketika manusia bergembira, tatkala menangisnya ketika manusia tertawa, tatkala diamnya ketika manusia banyak berbicara, dan dengan kekhusyuannya ketika manusia lalai.” Dari Hasan Al Bashri rahimahulloh : “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap Al Quran sebagai kumpulan surat dari Rabb mereka, oleh karenanya mereka metaddaburinya di saat malam serta mengamalkannya di siang hari.” Dari Fudhoil bin ‘Iyadh rahimahulloh : “Pembawa (penghapal) Al Quran adalah pembawa panji Islam, tidak tidak selayaknya dia bergurau bersama orang-orang yang lupa, tidak lupa bersama orang-orang yang lupa, serta tidak banyak cakap bersama orang-orang yang banyak cakap, sebagai pemuliaan terhadap haqnya Al Quran.” Pertama dari apa-apa yang seharusnya bagi penghapal Al Quran adalah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam semua keadaan, bersikap waro’ dalam makan, minum, pakaian, serta perilakunya, tanggap terhadap zaman dan kerusakan penduduk dunia. Maka dia memperingatkan mereka dalam beragama, menjaga lisan, terbedakan dalam bicaranya, sedikit dari berlebihan pada apa-apa yang tak bermanfaat, sangat takut akan lisannya lebih takut daripada musuhnya, mawas diri dari hawa nafsu yang dapat membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala murka, bergumul dengan Al Quran untuk mendidik jiwa yang dengannya cita-citanya adalah dapat paham terhadap apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dari ketaatan dan menjauhi maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar